Description

Fenomena susahnya untuk memiliki bangunan mandiri di masa mendatang memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan industri arsitektur, hal ini berkaitan erat dengan dinamika ekonomi global.


Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat diimbau untuk mengadopsi konsep bangunan berbiaya rendah serta gaya hidup minimalis yang mencerminkan tren milenial.


Keterbatasan kapabilitas ekonomi telah mendorong popularnya pola hunian sementara melalui sistem sewa atau kontrak sebagai bentuk adaptasi.

Untuk menghadapi kondisi ini, terdapat dua pendekatan yang dianggap realistis, efisien, dan semakin populer dalam praktik arsitektur:


1. Adaptive Reuse:


Pendekatan ini memanfaatkan kembali ruang atau bangunan yang telah kehilangan fungsinya melalui proses renovasi atau revitalisasi. Dengan demikian, dapat menghadirkan nilai guna baru dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.


2. Temporary Architecture:


Pendekatan ini menekankan penggunaan ruang atau struktur yang bersifat tidak permanen, menawarkan fleksibilitas tinggi dalam merespons perubahan, khususnya yang bersifat mendadak atau tidak terduga.


Selain itu, Ephemeral Architecture merupakan turunan dari Temporary Architecture yang lebih menekankan pada dampak psikologis, menyoroti pengalaman visual-spasial yang tercipta dalam waktu singkat—sebuah arsitektur momentual yang dapat dikenang dalam jangka waktu lama.


Dalam konteks isu lingkungan, Ephemeral Architecture menawarkan respon yang lebih baik dibandingkan bangunan monumental, terutama jika memperhatikan daur ulang pemakaiannya. Pendekatan ini dapat mengatasi persoalan keterbatasan lahan, emisi karbon, dan mengatasi problematika bangunan permanen yang tidak likuid—membuat tanggung jawab yang lebih masuk akal di masa mendatang.

Pada momentum yang singkat ini, Ephemeral Architecture memiliki potensi untuk diperkenalkan dan dimanfaatkan pada masa mendatang yang isunya diprediksi akan mengalami kelesuan.


Dengan menekankan ikonikabilitas, bentuk tanpa fungsi sebagai studi visual, ketujuh eksplorasi desain dapat dimplementasikan dan didefinisikan lebih lanjut.


Meskipun hadir ditengah keterbatasan, secara fundamental, bentuk ruang adalah hasil dari interaksi antara ruang luar dan ruang dalam, sekaligus memadukan perspektif terhadap bangunan dan pemandangan.


giving a chance to experience the super current in this ‘in beetwen’ time.

Ciri Diri

Architectural Design Studio

Pedestal are Gugus,

manufactured by WOF Wooden

a drawing of a cube on a black background

© 2024 Ciri Diri.